Goenawan Mohamad Pulangkan Anugerah Kerana Kecewa
Saya pasti banyak orang Malaysia tidak tahu tentang Goenawan Mohamad, tokoh sastera terkenal di Indonesia. Bagi yang tidak mengenalinya, beliau dilahirkan pada 29 Julai 1941 di Batang, Jawa Tengah.
Antara karya awalnya termasuklah Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972) and Seks, Sastra, Kita (1980). Manakala karya terbarunya termasuklah Pariksit dan Interlude (2001), Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), dan Kata, Waktu (2001).
Antara penghargaan yang diterimanya termasuklah International Editor of the Year oleh Majalah World Press Review. Pada tahun 1998, beliau menerima CPJ International Press Freedom Awards, manakala pada tahun 2006, beliau menerima Dan David Prize Award.
Goenawan juga merupakan editor dan pengasas majalah Tempo di Indonesia. Beliau turut mempunyai kolum, iaitu "Catatan Pinggir" dalam majalah tersebut. Blognya boleh anda baca di sini.
Media Indonesia melaporkan bahawa Pak Goenawan telah bertindak memulangkan Ahmad Bakrie Award yang diterimanya pada tahun 2004 kerana kecewa terhadap pemimpin itu dalam beberapa perkara yang diperincikan dalam berita di bawah ini.
Persoalannya, wujudkah tokoh yang sanggup bertindak seperti Pak Goenawan demi mempertahankan prinsip dan keprihatinan terhadap sesuatu perkara di Malaysia pada hari ini? Saya petik:
Antara karya awalnya termasuklah Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972) and Seks, Sastra, Kita (1980). Manakala karya terbarunya termasuklah Pariksit dan Interlude (2001), Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), dan Kata, Waktu (2001).
Antara penghargaan yang diterimanya termasuklah International Editor of the Year oleh Majalah World Press Review. Pada tahun 1998, beliau menerima CPJ International Press Freedom Awards, manakala pada tahun 2006, beliau menerima Dan David Prize Award.
Goenawan juga merupakan editor dan pengasas majalah Tempo di Indonesia. Beliau turut mempunyai kolum, iaitu "Catatan Pinggir" dalam majalah tersebut. Blognya boleh anda baca di sini.
Media Indonesia melaporkan bahawa Pak Goenawan telah bertindak memulangkan Ahmad Bakrie Award yang diterimanya pada tahun 2004 kerana kecewa terhadap pemimpin itu dalam beberapa perkara yang diperincikan dalam berita di bawah ini.
Persoalannya, wujudkah tokoh yang sanggup bertindak seperti Pak Goenawan demi mempertahankan prinsip dan keprihatinan terhadap sesuatu perkara di Malaysia pada hari ini? Saya petik:
JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah empat bulan berpikir dan bertukar pikiran dengan rekan-rekannya, tokoh sastra dan pers Indonesia, Goenawan Mohamad, memutuskan untuk mengembalikan penghargaan Ahmad Bakrie Award atau yang biasa disebut Bakrie Award yang diterimanya tahun 2004.
Goenawan mengembalikan piala dan hadiah uang senilai Rp 100 juta berikut bunganya sejak tahun 2004 dalam bentuk cek. "Totalnya Rp 154 juta. Bunga dihitung menurut SBI. Saya kembalikan melalui teman ke Freedom Institute. Saya kira diterima langsung oleh Rizal Mallarangeng," tuturnya dalam keterangan pers di Kedai Tempo Utan Kayu, Jakarta, Selasa (22/6/2010).
Goenawan mengatakan, pengembalian penghargaan ini didorong oleh kekecewaannya terhadap Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua Harian Setgab Aburizal Bakrie sebagai tokoh bisnis dan politik. Dia melihat tidak ada kesesuaian antara cita-cita pemberian penghargaan ini dan apa yang dilakukan Bakrie dalam dunia bisnis dan politik.
"Saya tak dapat meredakan rasa kecewa saya kepada Saudara Aburizal Bakrie karena hal-hal yang dia lakukan selama ini. Semula saya berusaha untuk memisahkan Bakrie Award dari apa yang dijalankannya sebagai tokoh bisnis dan politik. Tetapi makin lama pemisahan ini semakin mustahil karena saya melihat ada diskrepansi, bahkan kontradiksi yang makin membesar," paparnya.
Pengembalian ini merupakan akumulasi kekecewaannya terhadap Aburizal sejak kasus lumpur Lapindo menyeruak dan memuncak ketika Sri Mulyani dan Boediono dijadikan kambing hitam dalam kasus Bank Century. "Dimanipulasi sedemikian rupa sehingga mereka seolah-olah dihukum. Bukan masalah Sri Mulyani dan Boediono saja, tetapi bagaimana menganiaya orang yang tak bersalah dan Bakrie ada di belakang itu," tandasnya.
Pemicu lainnya adalah pernyataan Aburizal dalam Obrolan Langsat 1 Juni lalu bahwa dirinya tak merasakan penyesalan mendalam dalam kasus lumpur Lapindo.
Leave a comment
Sila lontarkan pandangan anda sama ada melalui komen di blog atau di laman Facebook.
Berikanlah pandangan yang bertanggungjawab,tidak berunsur fitnah, tanpa menggunakan kata-kata lucah & kesat melampau (dilepaskan jika sesuai), dan semolek-moleknya biarlah berkaitan dengan isi artikel.
Kepada "Anynomous", sila letakkan nama pena anda. Jangan berani bersuara, tetapi takut memperkenalkan diri!
PERHATIAN:
Komen yang disiarkan di blog atau di laman Facebook tidak semestinya menggambarkan pandangan atau pendirian Duniacacamarba (DCM).
Blog ini TIDAK BERTANGGUNGJAWAB terhadap setiap pandangan atau pendapat yang diutarakan melalui laman sosial FACEBOOK atau yang terlepas siar di RUANG KOMEN blog. Komen itu adalah pandangan peribadi pemilik akaun.
Terima kasih.